Jumat, 11 Maret 2011

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS AIR PERASAN BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L.) 100% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA
IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Pityrosporum ovale
PADA KETOMBE


ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan
dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana
Fakultas Kedokteran

Disusun oleh :
DEWI SARTIKA
G2A004048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
DIREVISI OLEH :
• Nurul Anisa (31 / 086356)
• Regar simson (34 / 086401)

SMA NEGERI 12 MAKASSAR
Tahun ajaran 2010-1011

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya dapat berkemampuan merevisi karya ilmiah ini, yang merupakan tugas guna memenuhi kewajiban saya sebagai siswa.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan serta ketidaksempurnaan dalam penyusunan maupun penulisan, hal ini tidak terlepas dari segala keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki, maka dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yg membangun dari berbagai pihak.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ,
1.Bapak Drs. Abbas Pandi, selaku Kepala SMA Negeri 12 Makassar.
2.Ibu Dra. Herlina Sulaiman, selaku guru pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
3.Dewi sartika, selaku penulis karya ilmiah ini yang memberikan kami petunjuk dalam penulisan karya tulis ini.
4.Orang tua kami yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada kami.
5.Teman-teman seangkatan dan semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya tidak ada sesuatu yang berharga yang dapat saya berikan sebagai imbalan selain mengucapkan terima kasih dan menyerahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga amal bakti bapak / ibu serta semua saudara-saudari sekalian bernilai ibadah dan mendapat rahmat dan karunia disisi-Nya.Amin

Makassar, Februari 2011

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN


A.LATAR BELAKANG

Ketombe adalah salah satu kelainan pada kulit kepala (scalp) yang ditandai dengan adanya skuama halus sampai kasar yang berwarna putih atau abu-abu keperakan berjumlah banyak, kadang disertai rasa gatal, walaupun tidak ada atau hanya sedikit disertai tanda peradangan.1-7 Ketombe dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah dandruff, pitiriasis kapitis, pitiriasis sika, pitiriasis simpleks, pitiriasis furfuraceae, dry seborhea, atau seborrhoe sicca.1,4,5,7 Ketombe jarang didapatkan dan ringan pada anak-anak, mencapai puncak kejadian dan tingkat keparahan penyakit pada usia 20 tahun, dan semakin jarang ditemukan setelah usia 50 tahun.1,4,7-9 Hal ini berkaitan dengan aktifitas kelenjar sebasea dan menunjukkan bahwa hormon androgen mempunyai peranan yang penting dalam menimbulkan ketombe. Sekitar 50% populasi di dunia menderita ketombe dalam berbagai derajat yang berbeda.7
Ketombe disebabkan oleh Pityrosporum ovale1,6,7, jamur lipofilik yang merupakan flora normal di kulit kepala, gemus Malasseizia.1,10-12 Pada penderita ketombe jumlah Pityrosporum ovale meningkat.4,7,13 Diduga pathogenesis Pityrosporum ovale dalam menyebabkan ketombe adalah melalui mekanisme imunologis atau efek langsung dari organisme tersebut yang menstimulasi respon inflamasi14 dengan cara memproduksi sejumlah iritan termasuk aktifitas lipase dan peroksidasi asam lemak bebas tak jenuh dan trigliserida tak jenuh.1 Beberapa faktor yang mempengaruhi patogenesis ketombe antara lain adalah faktor host: genetik, faktor imun, hiperproliferasi epidermis, faktor hormonal, diet, stress, aktifitas kelenjar sebasea dan faktor lingkungan: variasi musim, suhu dan kelembaban, iritasi maknis dan kimiawi.1,2,5,7,15
Salah satu sediaan yang sering digunakan adalah preparat ketokonazol 1% & 2%. Sediaan ketokonazol 2% dalam bentuk shampoo merupakan terapi pilihan (drugs of choice) untuk menangani ketombe.16,17 Ketokonazol 1% biasanya tersedia di pasaran dalam bentuk OTC (over the counter shampoo) untuk memaintenance penanganan ketombe.16
Ketokonazol merupakan salah satu preparat anti jamur golongan azol sintetik turunan imidazol yang mempunyai spetktrum luas dan efektifitas tinggi.16,18,19 Ketokonazol bekerja dengan cara menghambat enzim sitokrom P450 14-alpha-demetilase yang mengkatalis perubahan lanosterol menjadi ergosterol.16,19-22
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu tanaman obat tradisional23,24 yang sering digunakan masyarakat untuk mengobati ketombe.5,25 Bawang merah mengandung (1) senyawa aliin atau alisiin yang bersifat antiseptic dan bakterisid 23,26, (2) komponen sulfur seperti APDS (allyl propil disulphide), (3) flavonoid yang bersifat sebagai anti septic, anti viral, anti allergen dan anti inflamasi.27-29
Permasalahan penelitian ini adalah “Apakah air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% mempunyai efektifitas yang sama dengan ketokonazol 2% secara in vitro dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dibandingkan dengan ketokonazol 2% secara in vitro terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe.


B.RUMUSAN MASALAH

-Apakah air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% mempunyai efektifitas yang sama dengan ketokonazol 2% secara in vitro dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe?

C.TUJUAN PENELITIAN
-untuk mengetahui efektifitas air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dibandingkan dengan ketokonazol 2% secara in vitro terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe.
D.MANFAAT PENELITIAN
-Bagi masyarakat berguna untuk mengetahui cara menghambat pertumbuhan ketombe .
-Sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian tentang pengobatan ketombe lebih lanjut
-Memberikan informasi kepada produsen untuk tidak memproduksi produk sampho yang ekonomis, dengan tidak mengurangi kualitas.
-Bagi Penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kelasuntuk diterapkan pada karya ilmiah dan dapat dijadikan sebagai sebuah informasi baru yang dapat diambil manfaatnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.KAJIAN PUSTAKA

a.Ketombe
Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala. Sel-sel kulit yang mati dan terkelupas merupakan kejadian alami yang normal bila pengelupasan itu jumlahnya sedikit. Namun demikian, ada orang yang mengalami secara terus menerus (kronis ataupun sekali-sekali, pengelupasan dalam jumlah yang besar yang diikuti dengan pemerahan dan iritasi. Kebanyakan kasus ketombe dapat disembuhkan dengan shampoo khusus atau pengobatan bebas. Ketombe dapat juga merupakan gejala seborrhoeic dermatitis, psoriasis, infeksi jamur atau kutu rambut. Bila mengalami ketombe, menggaruk kepala secara berlebihan harus dihindari. Menggaruk bagian tersebut dapat menyebabkan kerusakan kulit, yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko infeksi, terutama sekali dari bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus. Walaupun infeksi bakteri ini merupakan risiko terbesar dari ketombe, kebanyakan orang akan menemukan bahwa ketombe dapat menyebabkan isu sosial hilangnya kepercayaan diri bagi penderitanya. Oleh karenanya, pengobatan segera menjadi sangat penting untuk murni alasan sosial.
Ditinjau dari segi medik, masalah ketombe masih kurang mendapat perhatian, tetapi bila ditinjau dari segi kosmetik, ketombe merupakan salah satu masalah yang berarti. Pada masa ras kaukasia insiden penderita ketombe sekitar 20-50% sedangkan insiden untuk ras lain belum pernah dipublikasikan. Diindonesi yang beriklim tropis, suhu tinggi dan udara yang lembab, penduduknya banyak menderita ketombe, namun insidennya belum diketahui.
Ketombe pada masa anak-anak, relative jarang dan ringan. Awitannya biasanya pada masa pubertas dan mencapai puncak insiden dan keparahan pada usia sekitar 20 tahun, kemudian menjadi jarang pada usia 50 tahun. Umumnya lebih banyak mengenai laki-laki disbanding perempuan.
Ketombe menetap selama pertumbuhan normal sel di kulit kepala. Pada kulit kepala normal, sel-sel lama mati dan terkelupas setiap bulan.
Sementara sel-sel pengganti akan diproduksi dengan cepat. Tetapi jika kulit kepala berketombe, sel-sel kulit akan mengelupas sebelum mati. Ada banyak faktor yang dapat memicu ketombe, salah satunya akibat stres. Stres yang berulang kali terjadi dapat menyebabkan kelelahan, sehingga mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan tubuh, dan menimbulkan pertumbuhan ketombe.
Selain itu, ada dua hal yang dapat menyebabkan ketombe, yakni faktor internal dan ekstrenal. Faktor internal seperti stres emosional, ketidakseimbangan hormon, kesehatan yang buruk, jorok, alergi terhadap susu, coklat, kacang atau kerang, kurang istirahat, konsumsi gula, lemak, dan pati secara berlebihan, serta adanya factorketurunan.
Sedangkan faktor eksternal disebabkan penggunaan semprotan rambut dan gel, produk pewarnaan rambut, penggunaan rol rambut, kelebihan curling iron, cuaca dingin, panas, jarang mencuci rambut atau bilasan kulit kepala tidak bersih.

b.Bawang merah sebagai penghambat pertumbuhan ketombe.
Para spesialis kulit menyarankan solusi alami untuk melawan ketombe adalah dengan menggunakan ramuan bawang putih, bawang merah, minyak zaitun, minyak kelapa dan organ.

Bawang merah dan bawang putih mentah dipotong kecil-kecil, lalu gosokkan pada kulit kepala. Biarkan selama setengah jam dan cuci dengan air bersih secara menyeluruh. Hal tersebut akan membantu menyingkirkan ketombe.

Setelah itu, siapkan setengah cangkir minyak zaitun, minyak kelapa dan minyak oregano, kemudian basuhkan pada kulit kepala. Setelah itu, tutup dengan handuk dan biarkan semalam. Di pagi hari, bilas rambut dengan campuran air hangat dan air jeruk nipis. Hal ini juga efektif untuk mengurangi dan menghilangkan ketombe.

c.Ketokonazol
Ketokonazol adalah salah satu anti jamur golongan azole sintetik yang mempunyai spectrum luas dan efektivitas yang tinggi, yang bekerja menghambat sintesa ergosterol yaitu komponen yang penting untuk integritas membrane sel jamur.
Ketokonazol topical bersifat fungistatik yang akan mengakibatkan perubahan dinding sel jamur sehingga terjadi kebocoran sitoplasma yang kemudian terjadi kerusakan sintesa ergosterol pada organism tersebut.

d.SKEMA CARA KERJA
Skuama kulit kepala

dengan pemeriksaan mikroskopis KOH 10% + tinta Parker Blue

Black

Pityrosporum ovale (+)




Ditanam pada media SDA + olive oil


Inkubasi 370C, 5 hari

Biakan (+) Pityrosporum ovale


Dibuat larutan yang disesuaikan dengan standar Mc farland 0,5





SDA + olive oil SDA olive oil + SDA olive oil +
sebagai control (+) air perasan ketokonazol 2%
bawang merah




inkubasi 370C, 5 hari



Pityrosporum ovale (-) Pityrosporum ovale (+)

B. KERANGKA PIKIR

BAB III
METODE PENELITIAN

A.MATERI PENELITIAN
Materi penelitian ini adalah perbandingan efektifitas air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dengan ketokonazol 2% secara in vitro terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe

B.METODE PENELITIAN
Penelitian eksperimental ini berdesain post-test only. Sebagai sampel adalah 30 penderita ketombe yang memenuhi kriteria klinis, laki-laki atau perempuan berusia antara 19-25 tahun, serta setuju untuk mengikuti penelitian ini dengan menaati peraturan yang ada. Setiap sampel diambil kerokan skuama kulit kepala secara aseptik menggunakan skalpel steril dan ditampung di kaca gelas steril untuk pemeriksaan mikroskopis dengan KOH ditambah tinta Parker blue black. Hasil dinyatakan positif (+) bila ditemukan yeast cell ≥ 10 per lapangan pandang dengan perbesaran 1000´. Kerokan skuama kulit kepala yang dinyatakan (+) dibiakkan pada Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang ditambah dengan amoxycillin 10μg/cc pada suhu 37°C selama 3 hari di Laboratorium Mikrobiologi FK UNDIP. Bila tumbuh koloni yeast pada media, maka dinyatakan biakan Pityrosporum ovale (+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada media, maka
dinyatakan biakan Pityrosporum ovale (-). Hasil biakan (+) dilarutkan dengan NaCl 0,9% dan disesuaikan dengan Mc Farland 0,5 kemudian diambil 0,1 cc dan ditanamkan pada masing-masing media Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dan media Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung ketokonazol 2%. Dari satu sampel biakan (+) Pityrosporum ovale dipakai untuk satu kali. Jadi digunakan 30 biakan (+) Pityrosporum ovale. Kemudian media dimasukkan ke inkubator pada suhu 37°C selama 3 hari dan dilihat pertumbuhannya pada hari ketiga. Bila tumbuh koloni yeast pada media tersebut maka dinyatakan biakan Pityrosporum ovale (+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada media tersebut maka dinyatakan biakan Pityrosporum ovale (-).

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS 13.00 for Windows. Uji hipotesis menggunakan uji Chi Square dengan derajat kemaknaan p<0,05.

C.METODE PENGAMBILAN SAMPEL
Sebagai sampel yang kami gunakan adalah 30 penderita ketombe yang memenuhi kriteria klinis, laki-laki atau perempuan berusia antara 19-25 tahun, serta setuju untuk mengikuti penelitian ini dengan menaati peraturan yang ada

D.POPULASI DAN SAMPEL
Populasi penelitian ini adalah 30 orang yang berusia antara 19-25 tahun.
Sampel penelitian adalah 30 orang penderita ketombe.

E.WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2008 yang dilaksanakan di Laboratorium mikrobiologi FK UNDIP selama 3 hari.

F.TEKHNIK ANALISIS DAN PENGELOLAHAN DATA
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS 13.00 for Windows. Uji hipotesis menggunakan uji Chi Square dengan derajat kemaknaan p<0,05.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL

Tabel 1. Tabulasi silang antara Sabouraud Dekstrose Agar olive oil + air


Perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100%

ketokonazol 2% terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale.

Pertumbuhan
P.ovale
Total
- -

Air perasan bawang merah 30 (50%) 0 (0%) 30
SDA +
100%
Olive oil
Ketokonazol 2% 3 (5%) 27 (45%) 30

Total 33 (55%) 27 (45%) 60 (100%)
X2=49,091 df = 1 p= 0,000

Hasil pemeriksaan mikroskopis kerokan skuama kulit kepala dengan KOH ditambah tinta Parker blue black, 30 sampel (100%) dinyatakan ketombe (+). Kemudian dari 30 sampel dengan ketombe (+) yang ditanamkan pada media Sabouraud Dekstrose Agar olive oil, 30 (100%) sampel dinyatakan biakan Pityrosporum ovale (+) (Tabel 1). Jadi, jumlah yang digunakan adalah 30 sampel. Biakan Pityrosporum ovale (+) di Sabouraud Dekstrose Agar olive oil digunakan sebagai kontrol (+). 30 sampel dengan biakan Pityrosporum ovale (+) di Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100%, semua media (100%) dinyatakan Pityrosporum ovale (+). Sedangkan dari 30 tabung dengan biakan Pityrosporum ovale (+) di Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung ketokonazol 2%, 3(10%) dinyatakan Pityrosporum ovale (+) dan 27(90%) dinyatakan Pityrosporum ovale (-). Uji Chi Square didapatkan hasil p=0,0000, yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara efektivitas air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dengan ketokonazol 2% terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale yang diambil dari ketombe.


B.PEMBAHASAN

Uji Chi Square studi ini mendapatkan hasil p=0,0000 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dibandingkan dengan ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe.
Ketokonazol adalah salah satu preparat anti jamur topikal golongan azol sintetik dengan konsentrasi 2% yang mempunyai spektrum luas dan efektifitas tingi, yang bekerja dengan cara menghambat sintesa ergosterol, yakni komponen yang penting untuk integritas membrane sel jamur.16,18-22 Pada penelitian ini terbukti bahwa ketokonazol 2% secara in vitro efektif menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah salah satu tanaman obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat untuk mengobati ketombe.5,25 Berdasarkan hasil penelitian, bawang merah terbukti memiliki efek anti bakteri,
anti viral, anti allergenic, anti inflamasi.23,26-28 Pada penelitian ini didapatkan bahwa efektivitas air perasaan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale berbeda secara bermakna (p=0,0000) dibanding ketokonazol 2%, di mana terbukti dari 30 media Sabouraud Dektrose Agar olive oil yang mengandung air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100%, 30(100%) media ditumbuhi Pityrosporum ovale. Sedangkan dari 30 media Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung ketokonazol 2%, 3(10%) media ditumbuhi Pityrosporum ovale. Hal ini membuktikan bahwa air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% secara in vitro tidak memiliki efektivitas dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale yang diambil dari ketombe.

BAB V
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pengaruh air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% dibandingkan ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe secara in vitro adalah berbeda bermakna.
Air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100% secara in vitro tidak dapat menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe.

B.SARAN
Penderita ketombe disarankan lebih memilih ketokonazol 2% karena efektivitasnya jauh lebih baik daripada air perasan bawang merah (Allium ascalonicum L.) 100%.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencoba sediaan lain dari bawang merah, contohnya ekstrak, untuk menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale yang diambil dari ketombe. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya, yakni penelitian penggunaan bawang merah untuk menghambat pertumbuhan ketombe secara in vivo.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bramono K. Pitiriasis sika/ketombe: etiopatogenesis. Di dalam:
Wasiatmadja SM, Menaldi SLS, Jacoeb TNA, Widaty S, editors. Kesehatan
dan keindahan rambut. Jakarta : Kelompok Sutdi Dermatologi Kosmetik
Indonesia;2002. p. 1- 11.
2. Naik A. The lazy girl’s thing guide to beauty. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2007. p. 77, 254.
3. Kligman AM, Leyden JJ. Dandruff. In: Safety and efficacy of tropical
drugs and cosmetics. New York: Grune and Stratton;1982. p. 281 – 7.
4. Rook AJ, Dauber R. Disease of the scalp and skin disease involving the
scalp. In: Disease of the hair scalp. Oxford: Blackwell Scientific Publications;
1982. p. 451 – 5.
5. Rafira. Menanggulangi ketombe. [on line]. [cited 2007 October 24];
Available from: URL:http://www.pikiranrakyat.
com/cetak/0304/21/hikmah/lainnya03.htm .
6. Cardin C. Isolated dandruff. In: Baran R, Malbach HI, editors. Textbook
of cosmetics dermatology. 2nd ed. London: Martin duniez; 1998. p. 193 –
200.
7. Rook, Wilkinson, Ebling. Pityriasis capitis. In: Champion RH, Burton JL,
Ebling FJG, editors. Textbook of dermatology. 5th ed. Oxford: Blackwell
Scientifics Publications; p. 2635 -6. (vol 4).
8. Norawati L. Gambaran klinis ketombe dan penyakit yang menyertainya.
Di dalam: Wasitaatmadja SM, Menaldi SLS, Jacoeb TNA, Widaty S, editors.
Kesehatan dan keindahan rambut. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi
Kosmetik Indonesia; 2002. p. 13 – 16.
9. Gray J. The world of hair. [on line]. [cited 2007 October 2004]; Available
from: URL:http://www.pg.com/science/haircare/hair_twh_113.htm
10. Hazen KC, Howell SA. Fungi Candida, Cryptococcus and other yeast of
medical importance. In: Murray PR, Baron EJ, Jorgensen JH, Pfaller MA,
Yodken RH, editors. Mannual of clinical microbiology. 8th ed. Washington:
ASM Press; 2003. p. 1075.
11. Katsambas AD, Lotti TM. European handbook of dermatologycal
treatment. Berlin: Sphinger; 2000. p. 143 – 4.
12. Kwon CKJ, Benreti JE. Infection cause by Malassezia furfur. In: Medical
mycology. Philadelphia; 1992. 170 – 80.
13. Mackie RM. Clinical dermatology. 4th ed. New York: Oxford university
Press; 1997. p. 17 – 28.
14. Champion RH, Burton JL, Ebling FGJ. Eczema, lichenification, prurigo
and erithroderma. In: Textbook of dermatology. 5th ed. Oxford: Blackwell
Scientific Publication; p. 546 – 51. (vol 1).
15. Kushi M. Penyembuhan alami melalui makrobiotika. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama; 2000. p. 278.
16. Ketokonazole. [on line]. 200. [Cited 2007 March 23]; Available from:
URL:http://_en.wikipedia.org/Ketokonazole.html.
17. Fitzpatrick T, JohsonRa, Wolff K. Seboroic dermatitis. In: Color atlas and
synopsis of clinical dermatology common and serious disease. 3rd ed. New
York: McGraw-HillHealth Professional Division; 1997. p. 72-4.
18. Messenger AG. Scaling disorder of the scalp. In: Champion RH, Burton
JL, Ebling FGJ. Textbook of dermatology. 7th ed. Oxford: Blackwell
Scientific Publications; 2004. p. 63.65 – 63.67. (vol 4).
19. Ankan S, Rex JH. Antifungal agents. In: Murray PR, Baron EJ, Jorgensen
JH, Pfaller MA, Yodken RH, editors. Mannual of clinical microbiology. 8th
ed. Washington: ASM Press; 2003. p. 1860 – 1.
20. Gell RCS. Trychophyton, microsporum, epidermophyton and agent of
superficial mycoses. In: Murray PR, Baron EJ, Jorgensen JH, Pfaller MA,
Yodken RH, editors. Mannual of clinical microbiology. 8th ed. Washington:
ASM Press; 2003. p. 1860 – 1.
21. Shepard D, Lampiris HWW. Antifungal agents. In: Katzung BG, editor.
Bassic and clinical pharmacology large. 9th ed. Singapore: Mc. Graw Hill;
2004. p. 796 – 7.
22. Pershing LK, Corlett J, Jorgensen C. In vivo pharmacodynamics of topical
ketokonazole and miconazole in human stratum corneum. [serial on line] 1994
January [cited 2007 March]; 38(1): 90 – 5. available from:
URL:http://www.ncbi.org/PubMed/8141586.html
23. Rukmana R. Bawang merah, budidaya, dan pengolahan pascapanen.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 1994. p. 11-5.
24. Santoso HB. Bawang merah. Di dalam: Toga 2: tanaman obat keluarga
penyembuh: cacigan, demam, mencret, TBC. Yogyakarta: Penerbit Kanisius;
2006. p. 37-9.
25. Wahyuni T. Rambut sehat: cara alami hilangkan ketombe. [on line] 2006
[cited 2007 October 24]; Available from: URL:http://www.suarakaryaonline.
c om/news.html?id=1392 .
26. Stecher PG, Finkel MJ, Siegmund OH, Szafranski BM. The merck index
of chemical and drugs. 7th ed. Rahway NJ USA: Merck and Co Inc; p. 1960.
27. Bawang merah [on line]. [cited 2007 October 24]. Available from:
URL:http://ms.wikipedia.org/wiki/Bawang-merah .
28. Prabandari D. Telaah fitokimia umbi bawang merah (Allium ascalonicum
L., Liliceae). Di dalam: Sundari D, Widowati L, Wahjoedi B, Winarno MW,
editors. Penelitian tamanan obat di beberapa perguruan tinggi Indonesia X.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2000. p. 73.
29. Cherry A. Alternative medicine in food-shallots. [o line]. [cited 2007
October 24]; Available from:
URL:http://www.articleland.com/Article/Alternative-medicine-in-foodshallots/
14033.







LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BIODATA PEMBIMBING
Nama Lengkap : Dra. Herlina Sulaiman
Tempat, Tanggal Lahir : Rappang, 18 Oktober 1962
Agama : Islam
NIP : 19621018-198603-2-012
Pangkat / golongan : Pembina / IVA
Unit kerja : SMA Negeri 12 Makassar
Jabatan : Guru
Jabatan dalam PGRI : Anggota
Pendidikan Terakhir : Strata 1 (S1)
Jurusan / ijazah : Biologi-IKIP
Alamat Rumah :Jln. Nipa-nipa Raya No.105 Blok III Perumnas Antang
Alamat Kantor : Jln. Moha Lasuloro No.57 Antang Makassar. Telepon : (0411) 492942

Jenjang Pendidikan
No Pendidikan Jurusan Tahun Lulus Tempat Ket.
1. SD - 1974 Rappang Ber-Ijazah
2. SKKP Busana 1977 Rappang Ber-Ijazah
3. SMA IPA 1981 Rappang Bar-Ijazah
4. S1 Biologi 1985 Ujung Pandang Ber-Ijazah


BIODATA PEREVISI

Nama lengkap : Nurul Anisa
Nama panggilan : Nuunu Tuude*
Tempat / tgl lahir : Ujung pandang / 14 desember 1992
Alamat : Jl.borong raya II dalam Lr.5 no.?
No.tlpn : 08991818879
Hobby : ganggu orang, acting dan membaca.
Cita-cita : Presiden, entertainer, administrasi Negara








Email : nuunu.anisa@yahoo.com









Nama lengkap : Regar simson
Nama panggilan : edank
Tempat/ tgl lahir : Ujung pandang / 27 januari 1993
Alamat : Jl.Manggala dalam 9/52 blok 8 perumnas
No.tlp : 085756842892
Hobby : Main gitar
Cita-cita : Menyenangkan orang tua.hha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar